Saat menulis artikel ini, saya masih terdampar di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta menunggu pesawat lanjutan saya ke Bali dari Ternate. Sepanjang perjalanan saya dari Ternate ke Jakarta, pikiran saya tidak berhenti untuk menulis tentang keunikan Ternate yang saya dapat dari perjalanan dinas saya selama 5 hari di sana.
Walaupun tidak banyak waktu untuk menyusuri tempat wisata di Ternate,saya cukup banyak berbincang-bincang dengan beberapa warga Ternate, mulai dari sopir, penjaga loket pelabuhan sampai beberapa pemilik perahu di pelabuhan penyeberangan di Ternate. Bagi saya, yang baru pertama kali datang ke Ternate, cukup banyak cerita mengenai keunikan Ternate yang membuat jari-jari ini tidak tenang bila tidak menuliskan sesegera mungkin sebelum ingatan di kepala saya hilang.
Danau Tolire Besar, Ternate
Sejak mendarat, hampir setiap hari hujan menguyur Kota Ternate, bahkan pesawat sempat berputar-putar dulu di atas bandara sebelum akhirnya berhasil mendarat dengan baik. Hari pertama ini, kebetulan acara kantor belum dimulai, jadi saya dan teman-teman kantor sempat berkeliling pulau sebentar di sore hari, ingin melihat Danau Tolire Besar. Walaupun hujan, kami memutuskan untuk tetap berangkat ke Danau Tolire Besar ini dan benar saja, sampai di sana, hujan semakin besar dan akhirnya kami malah menghabiskan waktu dengan duduk di warung sambil minun teh hangat dan pisang goreng (oh iya, di Ternate, pisang goreng juga disajikan menggunakan sambal seperti di Ambon).
Nah, sambil menunggu di warung ini, saya cukup lama berbincang santai dengan pemilik warung tentang Danau Tolire besar. Danau yang terletak di kaki Gunung Gamalama ini ternyata memiliki cerita yang unik dan menarik, selain keindahannya:
- Asal Usul Danau Tolire Besar.
Warga Ternate percaya bahwa di lokasi danau ini sebelumnya ada sebuah desa yang makmur. Suatu saat, desa ini dikutuk karena ada salah satu ayah di desa tersebut yang menghamili anaknya. Saat ayah dan anak ini ingin melarikan diri dari desa, saat itulah tanah tempat mereka berdiri anjlok dan air tidak berhenti mengalir hingga menjadi danau: Tolire Besar dipercaya sebagai tempat sang ayah, dan Tolire Kecil di mana sang anak bisa berlari lebih jauh namun tidak juga berhasil. - Buaya. Di danau Tolire ini, konon hiduplah seekor buaya yang ukurannya dipercaya cukup besar, dan warga percaya buaya ini merupakan siluman karena buaya ini hidup sendirian saja. Menurut warga dan beberapa artikel yang saya baca, buaya ini memang ada dan bila cuaca cukup cerah kita bisa melihat buaya ini berenang di danau ini. Pingin bilang “waaahh” kan?
- Melempar Batu. Ada salah satu mitos unik juga, yaitu bila kita melempar batu ke arah danau, batunya tidak akan pernah sampai ke danau dan menghilang tanpa jejak. Saking banyaknya orang yang mencoba melempar batu ke arah danau, sekarang kita sulit mencari batu di tepi-tepi danau. Karena itu, warga sekitar sekarang menjual batu lemparan ini dengan harga Rp 1.000 per plastik (isi 5 batu).
- Juru Kunci. Danau Tolire Besar ini berada di lembah Gunung Gamalama, sementara bila kita tiba dari tempat parkir, kita akan berada di bagian atas bukit dan melihat danau di bagian bawah. Saya sempat bertanya apakah mungkin untuk turun ke bawah sampai tepian danau. Ternyata, untuk turun ke bawah juga tidak sembarangan, kita tidak boleh turun sendiri dan harus diantar oleh juru kunci danau.
Ibukota Sofifi, Maluku Utara
Sebelumnya, Kota Ternate yang juga nama sebuah pulau ini adalah Ibukota Provinsi Maluku Utara. Hampir semua kegiatan masyarakat berlangsung di Ternate, termasuk Bandara Sultan Babulah. Sampai pada tahun 2010, pemerintah memindahkan Ibukota Provinsi ke Kota Sofifi yang terletak di Pulau Halmahera; hampir semua kantor pemerintahan dipindahkan dari Ternate ke Sofifi. Sejak saat itu, banyak pegawai pemerintahan yang harus menyebrang setiap hari ke Sofifi untuk bekerja.
Penyeberangan ke Sofifi
- Dari Ternate, kita dapat menyeberang ke Sofifi dari Pelabuhan Armada Semut
- Waktu menyeberang kurang lebih 45 menit
- Biaya speed boat Rp.50.000,- per orang sekali jalan
- Kapasitas speed boat 14 orang.
- Saat malam, bila penumpang tidak mencapai kapasitas kapal, kita harus menambah biaya lagi tergantung pada jumlah orang yang mau berangkat saat itu.
- Selain itu, terdapat juga Dermaga Jembatan Residen yang khusus digunakan untuk pejabat pemerintahan seperti gubernur dan anggota DPRD.
Saya sendiri tidak sempat menyeberang ke Sofifi, tapi menurut saya, ini unik banget: speed boat bisa dibilang menjadi alat transportasi utama di sini untuk pergi dan pulang kerja bagi sebagian besar warga di sana. Bahkan saking seringnya warga di sini naik perahu atau speed boat, saya bertemu beberapa warga yang lebih berani naik perahu daripada pesawat, dan beberapa malah tidak kuat naik mobil.
Perenang yang Baik
Hari kedua di Ternate, saya mendapat tugas untuk survei ke beberapa pelabuhan di sana. Saat menyusuri pelabuhan ini, saya melihat banyak sekali anak-anak yang sedang belajar berenang bersama ayah mereka. Saya pun bertanya kepada salah satu bapak di sana, kurang lebih begini percakapan saya waktu itu:
Saya (S): “Permisi Pak, kenapa banyak sekali yang belajar berenang di sini ya?”
Bapak (B): “Kita di Ternate sini kalau tidak ajarkan anak berenang itu berdosa, Pak”
S: “Lho kenapa, Pak?”
B: “Iya Pak, kami ini tinggal di pinggir pantai, tiap hari naik perahu, anak-anak main di air setiap hari. Kalau sampai ada apa-apa, kami ini orang tua yang salah.”
S: “Wah bener juga ya pak.. Biasanya, umur berapa anak-anak mulai diajarkan berenang?”
B: “Biasa paling cepat itu umur 7 tahun. Kita pegang saja perutnya pakai tangan lalu mulai lepaskan pelan-pelan. Biasanya, 1 hari saja anak-anak sudah bisa berenang, kami ajarkan sampai mereka bisa.”
Beberapa detik kemudian, saya menutup mulut saya yang terbuka akibat melongo.
Kepercayaan tentang Cuaca (Buruk)
Setelah 4 hari penuh hujan di Ternate, akhirnya hari terakhir saya di Ternate bersinar sangat cerah. Sang mentari menyinari Gunung Gamalama yang akhirnya bisa terlihat jelas. Sepanjang jalan saya memandangi Gunung Gamalama sambil mengoceh menyesali kenapa hari terakhir cuacanya baru cerah.
Lalu Pak Rustam (sopir yang mengantar Saya ke Bandara pagi ini) bercerita kalau orang Ternate percaya bila cuaca buruk selama beberapa hari berturut-turut atau ada bancana alam yang terjadi, pasti ada kejahatan yang sedang terjadi di sana dan belum terselesaikan.
Benar saja, ternyata baru satu hari sebelumnya, ditemukan ada warga yang gantung bunuh diri di kota dan ada satu bayi yang ditemukan dibuang. Menurut Pak Rustam, pagi ini cuacanya cerah karena jasad warga yang bunuh diri dan bayi yang dibuang tersebut sudah ditemukan.
Terbayang muka saya yang masih terdiam takjub mendengar cerita ini, bahkan saya sampai lupa berhenti sebentar untuk mengambil gambar Gunung Gamalama. Luar biasa ya masyarakat di sini, mereka masih hidup berdampingan dengan selaras dan menjaga kehidupan alam serta sosialnya. Saya sendiri masih ingin melanjutkan diskusi tentang keunikan Ternate yang ini, walau akhirnya harus terputus karena kami sudah tiba di Bandara Sultan Babullah Ternate.
Keunikan Ternate Lainnya
Masih ada beberapa keunikan Ternate lain yang tertangkap mata saya, walaupun belum sempat saya cari tahu tentang cerita di baliknya. Ini jadi bisa jadi alasan saya untuk kembali lagi ke sini, hehe..
- Kota dengan biaya hidup tertinggi ke-3 di Indonesia. Menyebrang untuk bekerja saja sudah Rp.100.000,- per hari. Untuk makanan kelas warteg, itu minimal Rp.25.000,- Bakso semangkok versi kaki lima sekitar Rp.20.000,- Sedangkan kalau makan di food court mall mulai dari Rp.45.000,- untuk makanan. Karena itu, Ternate menyandang peringkat kota ke-3 dengan biaya hidup tertinggi di Indonesia.
- Musik di Angkot. Angkot di Ternate itu mirip seperti di Manado atau Ambon, semuanya akan memasang musik dengan volume maksimal. Tarik Maaangg.. 🙂
- Benteng. Di Ternate, kita bisa menemukan banyak sekali benteng peninggalan Belanda atau Portugis. Salah satu yang paling terkenal adalah Benteng Orange. Benteng-benteng ini biasanya terletak di sisi pantai atau di atas bukit, karena memang digunakan untuk mengamati musuh atau kedatangan orang asing dari arah pantai.
- Kesultanan Ternate. Ini dia keunikan Ternate yang paling membuat saya penasaran. Dari obrolan-obrolan selama di sana, katanya, dari jaman dulu, Kesultanan Ternate ini memberikan posisi yang cukup tinggi untuk keturunan Cina dan Arab, jabatan yang diberikan ini bisa dibilang setara kepala dinas. Jadi di Kesultanan Ternate ini ada beberapa posisi yang ditempati oleh penerus keturunan Cina dan Arab yang leluhurnya dulu diangkat oleh Kesultanan Ternate. Doakan saya ada kesempatan untuk ke Ternate lagi ya, nanti ceritanya saya tulis di blog deh.. 🙂
Buat saya, perjalanan dinas ke Ternate kali ini sangat berkesan dan cukup buat penasaran untuk kembali lagi ke Ternate. Masih banyak yang ingin saya cari tahu termasuk tentang Sofifi dan Kepulauan Tidore yang terlihat “mengundang” dari seberang pulau.
Rosanna Simanjuntak
Ini favoritku!
“Beberapa detik kemudian, saya menutup mulut saya yang terbuka akibat melongo”
Semoga saat itu tidak ada lalat yang terjerat, jatuh dan tak bisa bangkit lagi, xixixi…
Diana Suciawati
Haha.. Iya bener banget Mba, hahahaha..
PonQ
Ternate bikin penasaran : )
Eko Octavianus
Iya nih harus balik lagi banget ke Ternate : )
deddyhuang.com
Aku sempat cuma semalam di Ternate karena transit dari Tidore. Pengen eksplore lagi tentang Ternate sekitar.
Eko Octavianus
Wooh kmrn pengen banget bisa nyebrang ke Tidore atau Sofifi padahal..Bagus ya Tidore ?